Pernah gak sih kalian mendengar rumor soal bangsal berhantu, suatu bangsal yang dimana sering
terjadi paranormal activity di dalamnya, pengalaman ini terjadi padaku bukan hanya mendengar
namun ikut merasakan bagaimana berada di dalam bangsal yang berhantu, kisah ini memang sudah
cukup lama kualami namun sangat berbekas dan tak akan pernah bisa untuk aku lupakan. Kejadian
ini bermula setelah aku pulang dari KKN di pulau Kalimantan, entah dikarenakan badanku yang
sangat lelah dan dengan disertai kebiasaanku yang selalu begadang di hari-hari terakhir masa KKN,
membuat badanku pun drop sehingga mengharuskanku beristirahat saat setibanya di Kota Bandung.
Dikarenakan kondisiku yang tidak kunjung membaik, ibuku pun khawatir bila sesuatu yang buruk
menimpaku dan lantas membawaku ke rumah sakit di daerah Cimahi.
Setibanya di rumah sakit dokter pun mendiagnosa bahwa aku terserang Tifus dan demam berdarah
sehingga mengharuskanku untuk menginap di rumah sakit untuk beberapa hari kedepan. Sebagai
informasi, ini merupakan rumah sakit tua yang menjadi rumah sakit dari banyak pihak korban
Belanda dirawat, dengan dihiasi pintu-pintu dan jendela yang sudah sangat tua.
Di dalam ruangan yang aku tempati ini, terdapat lima buah tempat tidur untuk pasien, dan akulah
satu-satunya yang menempati bangsal ini sendirian. Aku pun menghela napas panjang dan
mengatakan.
“Ya Tuhan, buat aku sembuh “
Dan pada sekitar pukul 9 malam aku pun sedang berbincang dengan dokter yang kerap kali
memeriksa keadaanku, sambil bercanda aku pun mengatakan kepada dokter itu
“Dok kalau ada yang sakit masukin ke ruangan ini ajalah, temenin saya sepi banget nih” Ibu dokter
pun tertawa dan meyuruhku untuk segera tidur.
Aku pun tertidur setelahnya namun entak berapa lama berselang aku pun sontak terbangun karena mendengar suara dari tempat tidur disebelahku itu membuatku tiba-tiba terbangun
dari tidurku yang nyenyak, sebagai informasi tempat tidur di sebelahku ditutupi oleh semacam tirai sehingga aku pun tidak bisa melihat langsung kesana. Suara itu suara anak kecil yang sedang merasa ketakutan. Aku merasa
heran karena seingatku sebelum aku tertidur tadi, tempat tidur yang berada disebelahku ini masih
kosong. “Ohh mungkin dia masuk ketika aku sedang tidur ya baguslah. Aku gak sendirian jadi gak
ngerasa terlalu sepi” ujarku.
Walaupun sejujurnya suara rintihan anak itu cukup menggangguku, sehingga membuatku sulit untuk
kembali tertidur. Sesekali anak itu merintih minta tolong dengan suara yang seperti kesakitan, aku
ingin sekali membuka tirai di antara kami itu dan melihat apa yang sebenarnya terjadi kepada anak
itu. Tetapi mungkin karena pengaruh dari obat di tanganku aku pun masih merasa lemas, lagi pula
aku berpikir takut mengganggu dia, dan menganggap mungkin dia sedang mengiggau.
Aku berusaha untuk kembali tertidur dan tidak terlalu memikirkan anak kecil disebelahku, tidak lama
setelah aku mulai bisa terlelap, aku terjaga karena mendengar rintihan anak itu semakin keras.
“Tolong! Tolong jangan! Jangan bu, takut. Jangan bu” rintihannya ketakutan
Aku merinding, dan berpikir sebenarnya dia sedang bermimpi apa? Suaranya terdengar kian lama
kian menyeramkan.
“Tolong bu! Jangan! Jangan bedah saya bu, saya takut, jangan bedah saya!”
katanya. Aku pun sontak bertanya “Hah?! Jangan bedah saya, kenapa anak itu bilang jangan bedah saya?!”
Apa mungkin karena mendengar kata bedah atau karena suasananya yang sangat sepi? Semakin
lama rintihannya semakin keras terdengar. Aku gak bisa berdiam diri aja dan memutuskan untuk
membuka tirainya dan mencoba untuk membangunkan anak itu, dengan sedikit tenaga yang aku
miliki aku mencoba bangun dan mulai mendekat kearah tirai, ketika aku hampir sampai, tiba-tiba
terdengarlah suara. Suara lain yang juga ada di bangsal ini, suara yang terdengar amatlah berat,
serak dan juga tua, aku berhenti merangkak saat itu, aku tidak jadi membuka tirainya karena jujur
saja suara yang tadi terdengar sangatlah menyeramkan.
Akhirnya aku kembali ke tempat tidur,
sambil mendengar suara anak itu terus menerus merintih hingga tiba-tiba terdengarlah suara itu
berkata kepada anak itu “Tunggu ya, suster suntik dulu”
“Hah suster?!” Tengah malam gini tanyaku dalam hati merasa heran
Tiba-tiba terdengar langkah kaki, dari tempatnya suara berjalan dengan perlahan, sampai aku
menangkap satu sosok dari ujung mataku, sosok wanita berambut ikal yang sudah putih. “Ohhh
ternyata memang seorang suster yang sudah tua” ucapku dalam hati.
Tapi kok aku merasakan suatu kejanggalan disini, suster itu dia memakai baju suster yang sangat
aneh, seperti baju suster dari jaman dulu dan bajunya pun sudah lusuh dengan modelnya yang
terlihat sangat kuno, begitu pula dengan topi susternya.
Suster itu berjalan namun aku tidak bisa
melihat wajahnya, karena dia berjalan dengan posisi membelakangiku saat itu.
Dia terus berjalan menuju meja obat yang berada di sebrang tempat tidurku, aku bisa melihat
dengan jelas dia menyiapkan jarum suntik dan mengisi suntikannya dengan sejenin cairan, aku
berpikir bahwa itu adalah obat yang akan disuntikan kepada anak itu. Aku penasaran sebenarnya
siapa suster ini, aku ingin memastikan dan mencoba memberanikan diriku dan memanggilnya,
meskipun dengan suara yang lemas “Sus, sus, suster.” Dan suster itu pun menjawabku “Iyaa?!” tapi
dia menjawab dengan terus membelakangiku, aku pun bertanya lagi dengan suara yang terbata-bata “suss..sus..suster dari ruang bedah ya?” kali ini dia tidak menjawab pertanyaanku, namun hal
yang membuatku ketakutan saat itu ialah, ia menengok ke arahku dengan kepalanya yang berputar
secara perlahan.
Kepalanya berputar terus, berputar hingga 180 derajat. (berenti sejenak)
Aku sontak terkejut dan merasa ketakutan saat itu, badannya masih menghadap meja obat
sementara kepalanya menengok ke arah sebaliknya, kepalanya menghadap ke arahku. Aku bisa
melihat wajahnya sekarang, wajahnya terlihat sangat tua dengan kerutan yang memenuhi wajahnya,
selain itu matanya yang melihatku putih semua.
Aku merinding ketakutan dan berusaha tidak
melihat suster itu dan berusaha sekuat tenaga untuk membalikan wajahku ke arah tirai, sementara
anak itu masih merintih dan minta tolong, aku berusaha mendekatinya karena aku pikir mungkin
akan lebih baik bila aku berada di tempat tidur bersama anak kecil itu, akhirnya dengan sisa tenaga
yang aku miliki aku berhasil menggapai dan membuka tirai di sampingku, namun saatku buka tirai itu
tergeletak sebuah kepala, kepala tanpa badan, yang masih berkedip sambil terus merintih.
Badanku pun lemas dan tidak bisa digerakan, aku mencoba memalingkan pandanganku dari kepala anak itu,
dan ketika aku memalingkan wajahku ke sisi lainnya, suster itu sudah tepat ada di sebelahku. Dia
mulai mengarahkan suntikannya padaku, seraya berkata “Jangan takut sayang, gak akan sakit”
Aku bisa merasakan bahwa jarumnya perlahan menembus kulit tanganku ku, dan itulah hal terakhir
yang aku ingat. Keesokan harinya ketika pemeriksaan pagi, aku terbangun, aku yakin kejadian
semalam itu semuanya hanya mimpi, mimpiku yang sangat menyeramkan. Dokter pun masuk ke
dalam bangsalku, dokterku pun memeriksaku dan memegang tanganku dan bertanya “Tadi malem,
siapa yang meriksa kamu?” Seketika saat itu tanganku yang disuntik malam itu terasa sakit.
- ICA
0 Komentar